Harga Emas Bangkit karena Perlambatan Data Ketenagakerjaan AS
Harga emas bangkit dari posisi terendah dalam sepekan pada perdagangan Selasa (18/11/2025). Penguatan itu karena rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan perlambatan. Investor kini menimbang kembali peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember, menjelang sejumlah data ekonomi yang tertunda.
Harga emas spot melonjak 0,60% dan ditutup di US$ 4.067,41 per ons, setelah sempat menyentuh level terendah sejak 10 November 2025.
Dikutip dari CNBC internasional, data terbaru menunjukkan jumlah warga AS yang menerima tunjangan pengangguran berada di level tertinggi dalam dua bulan pada pertengahan Oktober. Klaim lanjutan naik menjadi 1,9 juta pada pekan yang berakhir 18 Oktober, menandakan pasar tenaga kerja mulai kehilangan tenaga.
“Data ini sedikit meningkatkan harapan pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga pada Desember. Hal ini membantu emas dan perak yang mencoba memutus tren pelemahan selama tiga hari terakhir,” ujar analis logam independen, Tai Wong.
Menurut FedWatch CME Group, peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed 9–10 Desember kini mendekati 50%, naik dari 46% pada awal perdagangan, namun masih lebih rendah dari 67% pada pekan lalu.
Emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung menguat saat suku bunga menurun. Namun, harga emas sempat melemah lebih dari 3% pada Jumat (14/11/2025) dan turun 1% pada Senin (17/11/2025) karena investor memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan tahun ini.
Pasar kini menunggu rilis risalah pertemuan The Fed 28–29 Oktober yang dijadwalkan pada Rabu, serta laporan ketenagakerjaan bulanan untuk September yang akan diumumkan Kamis, setelah sempat tertunda akibat penutupan sementara pemerintah AS.
Analis Deutsche Bank menyebut permintaan emas dari bank sentral dunia masih akan tetap tinggi dan menopang prospek harga ke depan. “Kondisi ini mendukung bias bullish strategis dan potensi kenaikan dari proyeksi rata-rata harga emas tahun depan di kisaran US$ 4.000 per ons,” tulis mereka dalam riset.
sumber : investor.id
