Harga Minyak Tertekan Dua Hari Beruntun, Waspada Prospek The Fed
Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) tetap tertekan selama dua hari berturut-turut, diperdagangkan di sekitar $60,70 per barel saat berita ini ditulis Pukul 14.35 WIB pada hari Selasa. Harga Minyak kehilangan pijakan, yang dapat dikaitkan dengan kewaspadaan pasar seputar prospek kebijakan Federal Reserve (The Fed) AS untuk pertemuan bulan Desember.
Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan minggu lalu selama konferensi pers pasca rapat bahwa penurunan suku bunga lainnya pada bulan Desember masih jauh dari kepastian. Powell juga memperingatkan bahwa para pengambil kebijakan mungkin perlu mengambil pendekatan tunggu dan lihat sampai pelaporan data resmi dilanjutkan. Para pedagang kontrak berjangka suku bunga The Fed kini memprakirakan peluang 65% untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, turun dari 94% seminggu yang lalu, menurut Alat CME FedWatch.
Sisi bawah harga Minyak Mentah dapat dibatasi karena OPEC+, Organization of the Petroleum Exporting Countries dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, memutuskan untuk menghentikan peningkatan produksi awal tahun depan. Reuters, mengutip catatan dari Bank of America (BofA), melaporkan bahwa para pedagang kemungkinan akan melihat penghentian OPEC+ sebagai langkah positif. Catatan tersebut menyatakan, “Ini tentu menunjukkan bahwa OPEC+ mengakui kelebihan pasokan dan kemungkinan tidak ingin mendorong harga Minyak secara signifikan lebih rendah (yaitu, di bawah $50).”
Kelompok Minyak setuju untuk meningkatkan produksi secara moderat pada bulan Desember tetapi berencana untuk menghentikan penambahan lebih lanjut dari Januari hingga Maret karena fluktuasi permintaan musiman. Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa pasar Minyak dapat menghadapi surplus pada tahun 2026, didorong oleh pertumbuhan pasokan yang berkelanjutan dari OPEC dan produsen-produsen non-OPEC.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa risiko-risiko di sisi pasokan tetap ada, menunjuk pada sanksi AS yang lebih ketat terhadap raksasa-raksasa Minyak Rusiam Rosneft dan Lukoil, serta serangan yang terus berlanjut terhadap infrastruktur energi Rusia. Serangan drone terbaru Ukraina dilaporkan telah membakar sebuah tanker dan menonaktifkan beberapa fasilitas pemuatan di pelabuhan Laut Hitam Tuapse, yang menampung sebuah kilang Rosneft.
Menurut catatan dari JP Morgan yang dikutip oleh Reuters, “Strategi Minyak kami mempertahankan pandangan bahwa meskipun risiko gangguan telah meningkat, langkah-langkah AS, bersama dengan tindakan pelengkap oleh Inggris dan UE, tidak akan mencegah produsen-produsen Minyak Rusia untuk beroperasi.”
sumber : fxstreet
