Harga Emas Kembali ke $4.000 karena Trump

Harga emas dunia melonjak dan kembali ke level psikologis US$ 4.000 per troy ounce pada Jumat (10/10/2025). Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan kemungkinan penerapan tarif baru terhadap China.
Harga emas ditutup melonjak 1,04% ke level US$ 4.011,08 per troy ounce. Dalam sepekan, logam mulia ini sudah menguat 3,36%. Sedangkan sepanjang 2025, harga emas mencatatkan kenaikan sebesar 51,53%. Rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) harga emas tercatat di level US$ 4.059,01 yang dicatatkan pada 8 Oktober 2025 lalu.
Dikutip dari Reuters, Trump menyatakan tidak perlu bertemu Presiden China Xi Jinping dalam dua minggu mendatang di Korea Selatan, seperti yang sebelumnya dijadwalkan. Melalui unggahan di Truth Social, Trump juga menegaskan bahwa AS tengah menghitung kenaikan besar atas tarif impor dari China.
“Jika perang dagang kembali memanas, dolar AS berpotensi melemah dan itu akan menguntungkan aset safe haven seperti emas,” ujar analis logam independen Tai Wong.
Dampak dari pernyataan Trump terlihat langsung di pasar valuta asing. Indeks dolar AS turun 0,5%, sehingga membuat harga emas dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri.
Selain ketegangan perdagangan, pasar juga dibayangi risiko politik lain, termasuk potensi runtuhnya pemerintahan Prancis. Ditambah lagi, kebuntuan anggaran yang menyebabkan shutdown pemerintah AS.
Di sisi lain, investor menanti langkah The Fed yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember mendatang. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung diuntungkan saat suku bunga turun.
Menurut analis Capital Economics, Hamad Hussain, laju kenaikan harga emas yang sangat cepat dalam beberapa pekan terakhir berpotensi diikuti koreksi jangka pendek. “Namun, dalam jangka beberapa tahun ke depan, harga emas diprediksi masih bisa naik lebih tinggi,” ujarnya.
Kenaikan harga emas juga ditopang berbagai faktor lain seperti pembelian besar-besaran oleh bank sentral, aliran dana masuk ke produk ETF berbasis emas, ekspektasi penurunan suku bunga, serta ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif.
sumber : investor.id