Harga Emas Melesat, Didorong Penutupan Pemerintah AS yang Berkepanjangan

Harga emas melesat dan mendekati rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH), serta mencatat kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut pada Jumat (3/10/2025). Lonjakan ini didorong kekhawatiran pasar terhadap dampak ekonomi dari shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan.

Dikutip dari CNBC internasional, kenaikan harga emas juga ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Harga emas spot naik 0,78% dan ditutup di US$ 3.885,62 per ons, setelah sebelumnya menembus rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 3.896,41 pada Kamis (2/10/2025). Dalam sepekan terakhir, harga emas telah naik lebih dari 3%. Sedangkan sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sebesar 47,95%.

Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan, semakin lama pemerintah AS tetap shutdown, itu akan menjadi faktor bullish yang stabil untuk harga emas. “Jika ada kesepakatan mengejutkan di akhir pekan untuk membuka kembali pemerintah AS, itu kemungkinan akan menjadi faktor bearish,” ujarnya.

Senat AS dijadwalkan melakukan pemungutan suara atas rencana Demokrat dan Republik untuk mengakhiri shutdown yang telah memasuki hari ketiga. Namun, belum ada tanda-tanda kedua rencana tersebut akan disetujui.

Data penting nonfarm payrolls AS yang semula dijadwalkan rilis Jumat ditunda, sehingga investor mengandalkan indikator alternatif yang menunjukkan pendinginan pasar tenaga kerja dan memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Saat ini, pasar memprediksi peluang 97% pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan kemungkinan 85% pemangkasan serupa pada Desember, menurut alat FedWatch CME Group.

Emas, yang sering dijadikan aset safe haven di tengah ketidakpastian, cenderung menguat di lingkungan suku bunga rendah. Sepanjang tahun ini, harga emas telah naik lebih dari 47%.

UBS memprediksi, harga emas mencapai US$ 4.200 per ons dalam beberapa bulan ke depan. “Biaya kesempatan memegang emas menurun seiring menurunnya suku bunga riil di AS, sementara ekspektasi pelemahan luas dolar AS menjadi angin tambahan bagi harga emas,” demikian catatan UBS.


sumber : investor.id