Harga Emas Dekati Level Tertinggi karena Lemahnya Data Ketenagakerjaan AS

Harga emas dunia kembali mendekati rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada perdagangan Selasa (30/9/2025). Kenaikan ini didukung kekhawatiran pasar terhadap potensi penutupan pemerintah (government shutdown) Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari CNBC Internasional, penguatan harga emas juga ditopang data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Harga emas spot naik 0,66% dan ditutup di US$ 3.858,24 per ounce, pulih dari pelemahan sebelumnya di sesi perdagangan AS. Pada perdagangan Asia, harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa baru di US$ 3.871,62 per ounce.
“Emas kembali menunjukkan ketahanan luar biasa, dengan cepat bangkit dari tekanan setelah data lowongan kerja (JOLTs) AS yang mengecewakan. Data tersebut tidak akan menghalangi peluang pemangkasan suku bunga The Fed bulan depan,” ujar analis independen logam mulia Tai Wong.
Wong menambahkan, ketidakpastian akibat potensi shutdown pemerintah AS semakin memperkuat sentimen beli emas.
Data terbaru menunjukkan lowongan pekerjaan di AS hanya meningkat tipis pada Agustus, sementara tingkat perekrutan justru menurun. Kondisi ini mencerminkan pasar tenaga kerja yang melemah, sehingga memberi ruang bagi The Fed untuk kembali memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober mendatang.
Menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar memperkirakan peluang 97% terjadinya pemangkasan suku bunga pada Oktober. Dalam kondisi ketidakpastian dan suku bunga rendah, emas, yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung menjadi aset lindung nilai yang diminati.
Sepanjang September, harga emas telah melonjak 11,5%, menuju kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2011. Secara kuartalan, harga emas tercatat naik 16,4%. Dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, harga emas telah naik 46,46%. Sedangkan secara year to date, logam mulia ini telah melonjak 47,47%.
Pemerintah AS kini bersiap menghadapi potensi shutdown karena kebuntuan politik antara Partai Republik dan Demokrat, yang kemungkinan gagal mencapai kesepakatan sebelum tenggat pendanaan tengah malam.
“Jika shutdown pemerintah berlangsung lama, dampaknya akan negatif bagi ekonomi AS. Hal ini akan mendorong The Fed melakukan pelonggaran kebijakan, yang tentu menjadi katalis positif bagi emas,” kata Analis TD Securities, Bart Melek.
Departemen Tenaga Kerja AS bahkan menyatakan akan menghentikan rilis data resmi, termasuk laporan ketenagakerjaan bulanan pada Jumat (3/10/2025) mendatang, jika shutdown pemerintah benar-benar terjadi.
sumber : investor.id