Harga Emas Cetak Rekor Lagi, Optimis Pangkas Suku Bunga AS

Harga emas dunia kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada perdagangan Selasa (9/9/2025). Reli rekor harga emas didorong ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan pada September ini, sementara investor menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini.

Harga emas spot ditutup turun 0,26% dan ditutup menjadi US$ 3.626,24 per troy ounce, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 3.674,56 per troy ounce di awal perdagangan.

“Reli rekor tertinggi ini sebagian besar dipicu oleh ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga, mungkin secepat September,” ujar Kepala Strategi Komoditas di TD Securities Bart Melek dikutip dari CNBC internasional.

Menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar memperkirakan 92% kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pekan depan. Sebagian lainnya bahkan bertaruh pada pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin.

Ekspektasi itu menguat setelah data ketenagakerjaan AS pada Agustus menunjukkan pelemahan signifikan. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menekan dolar AS dan imbal hasil obligasi, sehingga meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Saat ini, indeks dolar bergerak naik tipis namun masih berada dekat level terendah tujuh pekan terhadap sejumlah mata uang utama. Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga naik setelah sebelumnya menyentuh level terendah lima bulan.

Investor kini menunggu data indeks harga produsen (PPI) AS pada Rabu (10/9/2025) dan indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis (11/9/2025) sebagai petunjuk tambahan sebelum pertemuan The Fed pekan depan.

“Jika ekonomi AS melemah lebih jauh, itu bisa mendorong aliran dana lebih besar ke aset lindung nilai non-tradisional seperti emas,” tambah Melek.

Sepanjang tahun ini, emas telah beberapa kali mencetak rekor, terutama setelah berhasil menembus US$ 3.600 per ounce pada Senin (8/9/2025). Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar, pembelian masif oleh bank sentral, kebijakan moneter longgar, serta ketidakpastian geopolitik yang meningkat.

“Kami tetap sangat optimistis bahkan di level US$ 3.600. Kami melihat pasar akan terus reli karena tidak ada tanda perubahan signifikan pada kebijakan tarif, hubungan dagang, maupun kondisi geopolitik,” kata CEO Sprott Asset Management John Ciampaglia.

Namun, ia menambahkan, apabila ada perbaikan signifikan pada faktor-faktor tersebut, harga emas kemungkinan akan mengalami jeda penguatan.


sumber : investor.id