Harga Emas Naik, Meski Berpotensi Turun Secara Mingguan

Harga emas naik pada Jumat (15/8/2025), namun berpotensi mencatatkan penurunan secara mingguan. Setelah data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan memudarkan harapan pemangkasan suku bunga acuan The Fed secara agresif pada September.

Harga emas hari ini terlihat naik 0,29% menjadi Rp 3.342,45 pada saat berita ini ditulis Pukul 13.35 WIB. Namun, sepanjang pekan ini sudah terkoreksi 1,8%.

“Harga emas masih berusaha pulih dari lonjakan indeks harga produsen (PPI) AS, yang memunculkan pertanyaan seberapa jauh The Fed bersedia memangkas suku bunga tahun ini,” ujar Kepala Analis Pasar KCM Trade Tim Waterer.

Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Kamis (14/8/2025) menunjukkan PPI Juli naik 3,3% secara tahunan, melampaui proyeksi 2,5%. Klaim tunjangan pengangguran mingguan tercatat 224 ribu, lebih rendah dari perkiraan 228 ribu.

Sementara itu, inflasi konsumen (CPI) AS pada Juli hanya meningkat tipis, sehingga tetap memberi peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga. Namun, lonjakan PPI menahan ekspektasi pemangkasan 50 basis poin (bps) pada pertemuan mendatang.

“Jika lonjakan harga grosir ini menjadi tren dan mendorong percepatan inflasi konsumen, ekspektasi pemangkasan suku bunga AS bisa dikurangi. Kondisi itu berpotensi membatasi kinerja emas dari sisi imbal hasil,” kata Waterer.

Presiden The Fed St Louis Alberto Musalem menyatakan, pemangkasan 50 bps pada September tidak diperlukan. Pernyataan ini muncul sehari setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan langkah tersebut masih mungkin dilakukan.

Emas yang tidak memberikan imbal hasil umumnya diuntungkan saat suku bunga rendah.

Dari sisi geopolitik, pasar menilai kecil kemungkinan adanya terobosan besar untuk mengakhiri perang di Ukraina dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat, meski ada sedikit tanda kemajuan.


sumber : investor.id