Harga Emas Anjlok Setelah Laporan Ketenagakerjaan AS

Harga emas dunia anjlok lebih dari 1% pada Jumat (7/6/2025). Setelah laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan. Data ini meredupkan harapan investor terhadap pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Dikutip dari CNBC internasional, sebaliknya, harga perak justru melonjak ke level tertingginya sejak 2012.
Harga emas spot tercatat anjlok 1,2% dan ditutup ke level US$ 3.312,2 per ons. Namun, emas masih mencatat kenaikan mingguan sebesar 0,8%.
Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan bahwa nonfarm payrolls naik 139 ribu pada Mei, melebihi estimasi para ekonom yang memperkirakan kenaikan 130 ribu. Tingkat pengangguran tetap berada di angka 4,2%, sesuai proyeksi pasar.
“Data ini sesuai ekspektasi, tapi tetap negatif untuk emas karena menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan masih akan menahan suku bunga untuk sementara waktu,” ujar analis Marex Edward Meir.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed baru akan terjadi pada September, dengan kemungkinan hanya satu kali pemangkasan hingga akhir tahun. Harapan terhadap pemangkasan hingga tiga kali pada 2025 mulai ditinggalkan, menurut perdagangan kontrak berjangka suku bunga jangka pendek.
Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, emas biasanya mendapat dorongan saat suku bunga rendah. Namun, suku bunga tinggi membuat emas menjadi kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi kebijakan perdagangan, ada sedikit kejelasan setelah percakapan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis lalu (5/6/2025).
“Negosiasi seperti ini sangat kompleks dan tidak akan selesai hanya melalui panggilan telepon. Jika muncul kembali kabar negatif soal tarif, itu akan jadi sentimen positif bagi emas,” tambah Meir.
Sementara itu, harga perak spot sempat melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun sebelum akhirnya turun 0,5% ke US$ 35,96 per ons.
“Kenaikan harga perak kemungkinan didorong oleh aliran spekulatif karena dianggap masih terlalu murah dibandingkan emas. Penembusan di atas level US$ 35 memperkuat tren naiknya,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Adapun logam lainnya, platinum naik 2,5% ke US$ 1.158,20 per ons, tertinggi sejak Maret 2022. Palladium juga menguat 3,9% ke US$1.045,45. Keduanya mencatatkan kenaikan mingguan.
sumber : investor.id