Powell Ingatkan Suku Bunga Tinggi Bisa Bertahan Lebih Lama

Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan, suku bunga jangka panjang kemungkinan akan tetap tinggi seiring perubahan kondisi ekonomi dan tantangan baru dalam kebijakan moneter.

Dalam pidatonya pada Konferensi Riset Thomas Laubach di Washington DC pada Kamis (15/5/2025), Powell mengatakan bahwa ekonomi global kini menghadapi risiko ‘supply shocks’ yang lebih sering dan mungkin lebih bertahan lama. Hal ini menjadi tantangan besar bagi bank sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi.

“Tingkat suku bunga riil yang lebih tinggi mungkin mencerminkan kemungkinan inflasi yang lebih fluktuatif dibandingkan periode 2010-an,” ujar Powell dikutip dari CNBC internasional.

The Fed terakhir kali melakukan peninjauan kerangka kebijakan pada musim panas 2020. Powell mengakui, banyak hal telah berubah dalam lima tahun terakhir, termasuk lonjakan inflasi yang mendorong serangkaian kenaikan suku bunga paling agresif dalam sejarah The Fed.

Meskipun ekspektasi inflasi jangka panjang saat ini masih berada di kisaran target 2%, Powell menilai kecil kemungkinan era suku bunga mendekati nol, seperti pasca krisis 2008, akan kembali dalam waktu dekat.

Sejak Desember 2024, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 4,25%–4,5%. Saat ini, suku bunga tersebut berada di level sekitar 4,33%.

Powell menyebut ‘supply shocks’, baik akibat pandemi, konflik geopolitik, maupun gangguan rantai pasok global, berpotensi terus terjadi dan menyulitkan pengambilan kebijakan. Dalam situasi seperti ini, The Fed perlu menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi.

Meskipun tidak menyebut langsung kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Powell sebelumnya menyatakan, tarif bisa memperlambat pertumbuhan dan mendorong inflasi, meski dampaknya masih sulit diukur. Apalagi Trump baru-baru ini menunda penerapan tarif baru selama 90 hari untuk negosiasi lanjutan.

Saat ini, The Fed tengah melakukan evaluasi ulang terhadap strategi kebijakan moneter jangka panjang yang akan berlaku lima tahun ke depan. Fokus utama adalah memperbaiki cara komunikasi bank sentral dan menyesuaikan pendekatan yang digunakan selama ini, termasuk meninjau kebijakan ‘flexible average inflation targeting’ yang diperkenalkan pada 2020.

Kebijakan tersebut sempat membolehkan inflasi sedikit lebih tinggi dari target guna mendorong pencapaian lapangan kerja yang inklusif. Namun, lonjakan harga pascapandemi Covid-19 membuat pendekatan itu tidak relevan lagi dan memaksa The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

“Kami akan memastikan bahwa pernyataan konsensus baru nanti akan relevan dan tangguh dalam berbagai situasi ekonomi,” tegas Powell.

Powell juga menambahkan bahwa The Fed akan mengevaluasi kembali bahasa yang digunakan terkait pencapaian target inflasi dan lapangan kerja, agar lebih mencerminkan dinamika ekonomi saat ini.

Powell belum memberikan tanggal pasti kapan peninjauan kebijakan ini selesai, tetapi mengatakan hasilnya akan diumumkan dalam beberapa bulan ke depan. Pada peninjauan sebelumnya, ia mengumumkan kerangka kebijakan baru melalui pidato tahunannya di simposium Jackson Hole, Wyoming.


sumber : investor.id