Dolar Melemah, Jelang Rilis Data Penjualan Ritel AS

Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama, tetap tertekan, lanjutkan penurunan hari sebelumnya. Pada saat berita ini ditulis Pukul 14.10 WIB, DXY berada di kisaran 106,90, sementara imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 2 tahun dan 10 tahun masing-masing berada di 4,31% dan 4,53%.
Dolar AS menghadapi tekanan setelah keputusan Presiden Donald Trump untuk menunda penerapan tarif timbal balik. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani Greenback, meskipun ada kekhawatiran yang berkelanjutan terhadap perang dagang global.
Perhatian investor saat ini beralih ke laporan Penjualan Ritel AS yang akan datang, rilis ekonomi utama terakhir minggu ini. Pasar memprakirakan penurunan bulanan sebesar 0,1% di bulan Januari, setelah kenaikan 0,4% pada periode sebelumnya.
Inflasi IHP inti di Amerika Serikat (AS) naik menjadi 3,6% YoY di bulan Januari, melebihi ekspektasi 3,3% tetapi sedikit di bawah revisi 3,7% (sebelumnya dilaporkan sebagai 3,5%). Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menunda penurunan suku bunga hingga semester dua tahun ini. Selain itu, inflasi yang tetap kuat dapat lebih mendukung prospek The Fed untuk mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50% untuk jangka waktu yang lebih lama.
Dalam pidato setengah tahunan kepada Kongres, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa para pengambil kebijakan “tidak perlu terburu-buru” untuk menurunkan suku bunga, dengan alasan pasar tenaga kerja yang kuat dan pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Dia juga memperingatkan bahwa kebijakan tarif Presiden Trump dapat mendorong harga lebih tinggi, yang akan mempersulit kemampuan The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Sebuah jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom kini menunjukkan bahwa The Fed akan menunda penurunan suku bunga hingga kuartal berikutnya karena meningkatnya kekhawatiran inflasi. Banyak analis yang sebelumnya mengantisipasi penurunan suku bunga pada bulan Maret telah merevisi prakiraan mereka, dengan mayoritas responden (disurvei antara 4-10 Februari) kini mengharapkan setidaknya satu kali penurunan suku bunga pada bulan Juni, meskipun pendapat terkait kapan waktu pemotongan suku bunga yang tepat tetap terbagi.
sumber : fxstreet