Harga Emas Naik di Tengah Pelemahan Dolar
Harga emas makin bersinar pada Rabu (27/11/2024). Ini merupakan reli penguatan dua hari beruntun, setelah di awal pekan sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari seminggu. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, tertahan oleh data inflasi AS meningkat yang mengindikasikan bahwa The Fed mungkin bersikap lebih hati-hati dalam melakukan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Dikutip dari CNBC internasional, harga emas spot tercatat naik 0,1% menjadi US$ 2.658,05 per ons.
Data terbaru menunjukkan pengeluaran konsumen AS pada Oktober meningkat pesat. Namun, perkembangan dalam upaya menurunkan inflasi AS tampaknya terhenti dalam beberapa bulan terakhir.
Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, koreksi kecil yang dilihat pada logam mulia sebagian besar dipicu oleh peningkatan pendapatan pribadi. “Jika konsumen tetap kuat meski di tengah inflasi tinggi, ini menunjukkan daya tahan ekonomi yang bisa membuat The Fed enggan memangkas suku bunga secara agresif,” ungkapnya.
Indeks dolar AS turun 0,8%, mencapai level terendah dalam dua minggu. Pelemahan ini meningkatkan daya tarik emas bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Streible memproyeksikan, harga emas bisa mencapai US$ 3.000 per ons pada semester pertama 2025, kecuali jika inflasi AS melonjak tajam dan memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga yang dapat merusak tren pasar bullish.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 70% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang. Dalam lingkungan dengan suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung lebih diminati.
Sebelum rilis data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), harga emas sempat melonjak 1%. Kenaikan ini membalikan penurunan tajam sebesar US$ 100 pada Senin (25/11/2024), yang merupakan penurunan satu hari terbesar dalam lima bulan terakhir.
Penurunan tersebut dipicu oleh meredanya permintaan aset aman setelah pengumuman gencatan senjata yang telah lama dinegosiasikan antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran. Hal itu membuat harga emas mencapai level terendah sejak 18 November 2024.
“Melihat pergerakan harga hari ini, volatilitas yang lebih besar kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat, terutama menjelang pelantikan Donald Trump dan perkembangan situasi di Timur Tengah,” kata Hamad Hussain, Asisten Ekonom Komoditas di Capital Economics.
Selain emas, kenaikan juga terjadi pada logam mulia lainnya, yaitu emas yang melonjak 1,1% menjadi US$ 30,09 per ons dan platinum menguat 0,1% menjadi US$ 928,17. Namun, palladium malah turun 0,4% menjadi US$ 973,76.
sumber : investor.id