Harga Minyak Jatuh karena Risiko di Timur Tengah Memudar

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $67,33 pada hari Selasa. Harga WTI jatuh karena operasi militer terbatas meredakan kekhawatiran terhadap potensi perang habis-habisan di Timur Tengah.

Pada hari Sabtu, Israel menargetkan instalasi-instalasi militer Iran di tiga provinsi sebagai reaksi terhadap Teheran yang meluncurkan rudal balistik ke Israel pada tanggal 1 Oktober. Namun, Israel tidak menyerang fasilitas minyak atau nuklir Iran sebagai pembalasan atas serangan rudal balistik Iran, dan media resmi Iran mengklaim bahwa produksi minyak normal. Hal ini, pada gilirannya, melemahkan harga WTI karena ketakutan akan gangguan signifikan pada pasokan minyak mentah memudar.

Selain itu, prospek permintaan yang lemah dan perlambatan ekonomi Tiongkok berkontribusi pada penurunan WTI. Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada akhir pekan menunjukkan laba industri negara tersebut turun 27,1% YoY pada bulan September, penurunan paling tajam sejak pandemi.

Sebuah laporan dari International Energy Agency (IEA) mengindikasikan bahwa permintaan minyak diprakirakan tumbuh hanya setengah dari laju pada tahun 2024 dan 2025 dibandingkan dengan tahun 2022 dan 2023, terutama karena penurunan permintaan Tiongkok.

Data Produk Domestik Bruto (PDB) pendahuluan dari Amerika Serikat (AS) untuk kuartal ketiga akan dipublikasikan pada hari Rabu, yang diprakirakan akan meningkat 3% di kuartal ketiga. Data Nonfarm Payrolls AS akan dirilis pada hari Jumat. Jika data menunjukkan hasil yang lebih kuat dari prakiraan, hal ini dapat mengangkat Dolar AS dan membebani harga WTI yang berdenominasi USD.


sumber : fxstreet