Harga Emas Makin Berkilau, Dipicu Ketegangan Timur Tengah dan Pemilu AS
Harga emas makin silau, naik pada Jumat (25/10/2024). Setelah pulih dari aksi profit taking karena ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) mendorong permintaan aset safe haven.
Harga emas di pasar spot tercatat naik 0,4% menjadi US$ 2.745,14 per ons, setelah mencapai rekor tertinggi US$ 2.758,49 pada Rabu (23/10/2024) dan mencatat kenaikan mingguan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.
Analis pasar senior di RJO Futures Bob Haberkorn mengatakan, ekspektasi kemungkinan terjadinya peristiwa besar di akhir pekan antara Israel dan Iran dapat mendorong investor untuk beralih ke aset aman. “Ada potensi lonjakan permintaan emas sebagai langkah antisipasi menjelang akhir pekan ini,” jelasnya.
Dari Gaza, setidaknya sembilan warga Palestina dilaporkan tewas dan beberapa lainnya terluka akibat serangan udara Israel di Al-Shati, menurut laporan tenaga medis yang dikutip Reuters.
Kondisi ini memperkuat permintaan emas yang sejauh ini sudah mengalami kenaikan lebih dari 32% sepanjang tahun, ditopang oleh ketidakpastian politik dan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 0,5% oleh The Fed pada bulan lalu.
Selain ketegangan di Timur Tengah, ketidakpastian menjelang pemilu presiden AS juga memicu minat terhadap emas. Berdasarkan jajak pendapat, persaingan menuju Gedung Putih masih ketat, yang mendorong kekhawatiran lebih lanjut di pasar.
Meskipun dolar AS juga mengalami penguatan, harga emas tetap mampu melaju. Dolar AS mencatat kenaikan minggu keempatnya di tengah meningkatnya kemungkinan kemenangan Donald Trump.
Menurut laporan dari Capital Economics, harga emas berpotensi terus meningkat, namun risiko koreksi harga masih cukup besar.
Sedangkan harga logam mulia lainnya, yaitu paladium di pasar spot naik 3,2% ke US$ 1.194,36 per ons, mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terakhir untuk dua hari berturut-turut. Peningkatan ini didorong oleh kekhawatiran ekspor dari Rusia.
Pada Kamis (24/10/2024), harga paladium melonjak 9% setelah AS meminta kelompok G7 mempertimbangkan pembatasan lebih lanjut untuk menekan pendapatan Rusia dari sektor logam, termasuk paladium dan titanium.
Di sisi lain, harga perak turun 0,3% menjadi US$ 33,61 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam 12 tahun pada US$ 34,87 awal pekan ini. Harga platinum juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,2% menjadi US$ 1.024,20 per ons.
sumber : investor.id