Harga Minyak Naik Empat Hari Berturut-turut, Timur Tengah Masih Memanas
Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) terus meningkat untuk 4 hari berturut-turut, bertahan dengan kenaikan mingguan yang kuat, diperdagangkan di kisaran $73,98 per barel selama sesi awal Eropa hari Jumat. Harga Minyak Mentah didukung oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan minyak mentah dari wilayah tersebut, yang menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan minyak global.
Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang berdiskusi dengan Israel mengenai potensi serangan terhadap infrastruktur minyak Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Iran “akan membayar harga yang mahal” untuk serangan hari Selasa, yang melibatkan penembakan setidaknya 180 rudal balistik ke Israel, demikian menurut BBC.
Namun, OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya seperti Rusia dan Kazakhstan, memiliki kapasitas cadangan minyak yang cukup untuk mengimbangi hilangnya pasokan Iran jika Israel menargetkan fasilitas-fasilitas Iran. Namun, kelompok ini akan menghadapi tantangan yang signifikan jika Iran membalas dengan menyerang instalasi minyak di negara-negara Teluk.
OPEC+ telah mengurangi produksi dalam beberapa tahun terakhir untuk mendukung harga minyak dalam menghadapi lemahnya permintaan global, sehingga kelompok ini memiliki kapasitas cadangan jutaan barel. Saat ini, pemangkasan produksi OPEC+ mencapai 5,86 juta barel per hari (bph). Para analis memprakirakan bahwa Arab Saudi dapat meningkatkan produksi sebesar 3,0 juta barel per hari, sementara Uni Emirat Arab (UEA) dapat meningkatkan produksi sebesar 1,4 juta barel per hari.
Pemerintah Libya yang berbasis di bagian timur dan National Oil Corporation yang berbasis di Tripoli mengumumkan pada hari Kamis pembukaan kembali semua ladang minyak dan terminal ekspor, menyusul penyelesaian perselisihan kepemimpinan di bank sentral. Keputusan ini mengakhiri krisis yang telah mengurangi produksi minyak negara tersebut secara signifikan, demikian menurut Reuters.
sumber : fxstreet