Harga Minyak WTI Naik di Tengah Laporan Ancaman terhadap Kedutaan Israel
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tampaknya melanjutkan kenaikan beruntun yang dimulai pada 27 Maret, didukung oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan kemungkinan gangguan pada pasokan minyak. Minyak mentah WTI saat ini diperdagangkan di kisaran $86,90 per barel selama jam perdagangan Asia pada hari Jumat.
Kenaikan harga minyak mentah disebabkan oleh potensi ancaman gangguan pasokan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama setelah Israel menyerang kedutaan besar Iran di Suriah. Meskipun begitu, Israel belum secara resmi mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kedutaan besar Iran di Suriah pada hari Senin.
Selain itu, laporan-laporan mengenai peningkatan ancaman terhadap kedutaan besar Israel di Amerika Serikat (AS) oleh Iran telah menambah kekhawatiran pasar. Iran telah menjanjikan pembalasan atas serangan yang mengakibatkan kematian pejabat militer Iran.
Selain itu, menurut para pejabat NATO pada hari Kamis, serangan pesawat tak berawak Ukraina yang sedang berlangsung terhadap kilang-kilang minyak di Rusia mungkin telah mengganggu lebih dari 15% kapasitas Rusia. Selain itu, kilang Lukoil di Rusia menghadapi tantangan dalam memperbaiki unit bensinnya karena perusahaan Amerika, Universal Oil Products (UOP), telah menolak untuk membantu Lukoil. UOP telah menarik diri dari Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina pada Februari 2022.
Pada hari Kamis, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kontraterorisme baru terkait Iran terhadap Oceanlink Maritime DMCC, yang berbasis di Uni Emirat Arab, beserta kapal-kapalnya. Tindakan ini diambil karena keterlibatan perusahaan ini dalam pengiriman komoditas untuk militer Iran. Departemen Keuangan menyatakan bahwa AS menggunakan sanksi keuangan sebagai langkah untuk mengisolasi Iran dan menghambat kapasitasnya untuk mendanai kelompok-kelompok proksi dan juga mendukung konflik Rusia di Ukraina.
Pekan ini, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk mempertahankan kebijakan suplai minyak mereka saat ini tanpa perubahan. Pemangkasan produksi secara sukarela, dengan total 2,2 juta barel per hari (bph), akan terus berlanjut hingga setidaknya akhir Juni. Pemangkasan ini melengkapi kesepakatan yang telah dicapai pada tahun 2022, yang telah mencakup pengurangan 3,66 juta bph.
sumber : fxstreet