Harga Minyak WTI Naik Imbas Pasokan Energi Global dan Serangan Udara Terhadap Houthi
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melanjutkan kenaikannya untuk 2 sesi berturut-turut, naik mencapai $74,90 per barel selama sesi Asia pada hari Selasa. Kenaikan harga minyak mentah disebabkan oleh kekhawatiran akan pasokan energi global, yang dipicu oleh serangan pesawat tak berawak terhadap Novatek milik Rusia oleh Ukraina. Selain itu, gangguan pada produksi minyak mentah dari Amerika Serikat (AS) karena cuaca dingin yang ekstrim telah berkontribusi pada tekanan naik pada harga minyak.
Laporan dari BBC dan Wall Street Journal mengindikasikan bahwa Ukraina melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap terminal bahan bakar Rusia dengan menggunakan bahan peledak. Selain itu, otoritas pipa North Dakota menyatakan bahwa lebih dari 20% produksi minyak negara bagian ini tetap tidak dapat disalurkan pada hari Senin karena cuaca dingin yang parah. Perkembangan-perkembangan ini menyoroti berbagai faktor yang mempengaruhi pasar minyak, yang dapat berkontribusi pada fluktuasi harga minyak mentah.
Situasi di Laut Merah menjadi semakin genting karena pemberontak Houthi yang didukung Iran terus meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal maritim. Hal ini menimbulkan risiko yang signifikan terhadap gangguan pasokan minyak, terutama dalam konteks meningkatnya ketidakstabilan yang berpotensi merembet ke negara-negara Timur Tengah. Terlebih lagi, para pejabat AS telah mengkonfirmasi putaran baru aksi militer, termasuk serangan udara, terhadap target-target teroris Houthi yang didukung Iran di Yaman. Hal ini semakin menambah ketegangan geopolitik di wilayah ini, dan berkontribusi pada volatilitas pasar energi secara keseluruhan.
Sementara itu, di Libya, National Oil Corporation yang dikelola negara melaporkan bahwa ladang minyak Sharara kembali beroperasi pada hari Ahad. Perkembangan ini mengembalikan pasokan sebesar 270.000 barel per hari (bph), berkontribusi terhadap 1 juta bph untuk negara OPEC.
Pada tahun 2023, Rusia muncul sebagai eksportir minyak mentah terbesar ke Tiongkok, melampaui Arab Saudi, meskipun ada sanksi dari Barat untuk membatasi perdagangan minyak Rusia. Menurut data bea cukai Tiongkok, Rusia menjual sekitar 2,14 juta barel per hari (bph) minyak mentah ke Tiongkok selama periode tersebut.
Para pelaku pasar kemungkinan akan mengamati data Stok Minyak Mentah yang akan datang dengan seksama, dengan American Petroleum Institute (API) yang akan merilis laporannya untuk pekan yang berakhir pada 19 Januari pada hari Selasa. Ini akan diikuti oleh data Perubahan Stok Minyak Mentah dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang dijadwalkan pada hari Rabu.
sumber : fxstreet