Harga Minyak WTI Melemah karena Produksi Minyak Mentah AS Meningkat
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berkonsolidasi dan sempat berada di level Terendah harian di kisaran $71,60 per barel selama sesi Asia hari Rabu. Harga minyak mentah WTI mengalami tekanan turun karena fasilitas produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) sedikit meningkatkan produksi bersih selama sepekan. Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan bahwa produksi di Permian Basin naik 5,5 ribu barel per hari menjadi 5,9 juta barel per hari.
Selain itu, penyelesaian dan perluasan pipa Trans Mountain, di Kanada, memainkan peran penting dalam memfasilitasi pengangkutan minyak mentah dari area produksi ke kilang dan terminal ekspor. Hal ini akan meningkatkan produksi minyak mentah Amerika Utara. Kenaikan produksi minyak mentah Kanada yang terlihat di bulan November telah menempatkan Kanada sebagai produsen barel global terbesar keempat.
Gangguan pasokan yang terus berlanjut di Laut Merah bertindak sebagai pencegah pergerakan turun yang lebih signifikan pada harga minyak mentah. Menanggapi situasi ini, Komando Pusat AS telah melaporkan serangan udara lain yang menargetkan fasilitas rudal Houthi di Yaman. Alasan di balik serangan militer ketiga terhadap target Houthi ini disebutkan sebagai ancaman yang akan segera terjadi dari empat rudal terhadap kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.
Indeks Dolar AS (DXY) mendapatkan dukungan ke atas setelah pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve (The Fed). Gubernur The Fed Christopher Waller menekankan bahwa, meskipun ada perkembangan positif dalam prospek inflasi, bank sentral tidak terburu-buru untuk menguraikan rencana penurunan suku bunga. Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic juga menyarankan pada akhir pekan lalu bahwa penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat mengakibatkan fluktuasi inflasi.
Penguatan Greenback melawan dampak dari gangguan Laut Merah. Dolar AS yang lebih kuat berimplikasi pada permintaan untuk komoditas berdenominasi Dolar, termasuk minyak, di antara negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya. Hal ini dapat membuat komoditas-komoditas tersebut menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang alternatif.
Shell, pelopor energi Inggris, telah setuju untuk menjual anak perusahaan minyak dan gasnya di Nigeria kepada sebuah konsorsium yang terdiri dari lima perusahaan lokal dengan nilai hingga $2,4 miliar. Langkah ini dilakukan karena anak perusahaan ini telah menghadapi tantangan selama bertahun-tahun, termasuk masalah pencurian, sabotase, dan kesulitan operasional, yang mengarah pada perbaikan yang mahal dan tuntutan hukum yang besar.
sumber : fxstreet